Samarinda (Infojabar.com) – Kota Samarinda, Kalimantan Timur, kini memiliki ikon baru berupa Tugu Pesut yang berlokasi di Simpang Mall Lembuswana, tepat di pertemuan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Cipto Mangunkusumo. Tugu ini dibangun dengan anggaran Rp 1,1 miliar dari APBD 2024 dan telah menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat.
Tugu Pesut setinggi 8 meter ini terbuat dari konstruksi baja yang dilapisi kabel plastik daur ulang. Desainnya menggambarkan siluet Pesut Mahakam, mamalia air tawar khas Sungai Mahakam yang terancam punah. Namun, desain abstrak ini menuai kritik karena dianggap sulit dipahami.
Desain yang Menuai Sorotan
Beberapa warga mengaku kesulitan memahami bentuk tugu tersebut. “Awalnya saya kira itu hanya garis biasa, baru tahu kalau itu menggambarkan pesut,” kata Ajib, warga Teluk Lerong Ilir. Pendapat serupa diungkapkan Norliana, warga Sempaja Timur. “Bentuknya kurang jelas. Kalau dibuat menyerupai Pesut Mahakam, akan lebih mudah dipahami, terutama untuk edukasi anak-anak,” ujarnya.
Sementara itu, Riri, warga Cendana, baru memahami bentuk pesut setelah melihatnya dari berbagai sudut. “Dari sudut tertentu, bagian merah tugu terlihat membentuk garis pinggir pesut,” jelasnya.
Penjelasan dari DPUPR Samarinda
Kabid Cipta Karya DPUPR Samarinda, Andriani Hanina, menyebut desain abstrak tugu ini sengaja dirancang sebagai representasi siluet Pesut Mahakam. “Menurut arsiteknya, bentuk ini memang melambangkan siluet pesut,” ujarnya. Kehadiran tugu ini diharapkan menjadi simbol kebanggaan kota sekaligus pengingat pentingnya melestarikan Pesut Mahakam.
Selain tugu, area sekitarnya juga dipercantik dengan lampu sorot, jalur pejalan kaki, dan area hijau untuk memberikan ruang publik yang nyaman bagi masyarakat.
Tanggapan Pengamat Tata Kota
Farid Nurrahman, seorang pengamat tata kota, menyatakan bahwa Tugu Pesut memiliki fungsi sebagai landmark sekaligus elemen estetika kota. “Fungsinya adalah sebagai penanda dan estetika kota. Desain seperti ini sudah lazim di kota besar seperti Denpasar,” katanya.
Farid menambahkan bahwa keberadaan tugu ini menunjukkan upaya positif dari pemerintah kota untuk menciptakan ikon baru. “Kalau tugu ini berhasil menarik perhatian, itu artinya fungsinya sebagai landmark tercapai,” ujarnya.
Namun, Farid juga mencatat bahwa apresiasi seni di masyarakat masih perlu ditingkatkan. “Masyarakat kita mungkin belum terbiasa dengan desain seperti ini. Hal ini bisa menjadi literasi seni kota untuk ke depannya,” jelasnya.
Ia berharap ke depan pemerintah lebih banyak melibatkan partisipasi publik dalam desain kota, seperti melalui sayembara atau kolaborasi dengan asosiasi arsitek. “Pasti banyak ide yang bisa dihasilkan dengan melibatkan masyarakat dan ahli,” pungkasnya.
Proyek dengan Anggaran Rp 1,1 Miliar
Pembangunan Tugu Pesut didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2024 sebesar Rp 1,1 miliar. Proyek ini tidak hanya mencakup pembangunan tugu, tetapi juga revitalisasi kawasan sekitarnya agar lebih ramah publik.
Kehadiran Tugu Pesut diharapkan tidak hanya mempercantik wajah Samarinda, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan Pesut Mahakam sebagai bagian dari ekosistem khas Kalimantan Timur.