Cirebon (Infojabar.com) – Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon (SSC) menggandeng akademisi internasional untuk mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya kebijakan bijak dalam menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Kegiatan ini dilakukan melalui seminar internasional yang membahas topik utama terkait AI, media sosial, dan dampaknya terhadap kondisi masyarakat Muslim.
Wakil Rektor II UIN SSC, Ilman Nafia, menjelaskan bahwa seminar ini merupakan bagian dari upaya kampus untuk meningkatkan literasi digital dan kompetensi siber, yang menjadi salah satu pilar utama pengembangan di UIN SSC. “Kami menyelenggarakan seminar ini untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai penggunaan teknologi secara bijak, serta untuk memperkuat kompetensi digital dan literasi siber sebagai bekal mereka menghadapi tantangan era digital,” ujarnya di Cirebon, Kamis (5/12).
Ilman menambahkan bahwa dengan perkembangan teknologi yang pesat, penting bagi mahasiswa untuk bisa memilah informasi dengan bijak, terutama dalam memanfaatkan teknologi AI dan aplikasi digital yang berkembang di media sosial. Kampus UIN SSC berkomitmen untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa agar mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, tanpa terjebak pada dampak negatif yang mungkin timbul.
“Kami memiliki dua fokus utama dalam pengembangan kampus ini, yakni literasi siber dan kompetensi digital. Setiap mahasiswa diharapkan mampu menguasai teknologi dan menggunakannya dengan bijak untuk kemajuan bangsa,” terang Ilman.
Dalam kesempatan ini, Ilman juga mengungkapkan bahwa pihak kampus tengah merancang model pembelajaran berbasis AI untuk mendukung ekosistem akademik yang lebih adaptif dan inovatif. “Kami terus berkomitmen untuk mengadakan program-program literasi digital yang dapat menciptakan generasi mahasiswa yang kritis, bijak, dan siap menghadapi perkembangan teknologi,” tambahnya.
Sementara itu, Nadirsyah Hosen, akademisi dari University of Melbourne, Australia, yang menjadi pembicara utama, menyatakan bahwa AI merupakan bagian tak terelakkan dari kemajuan teknologi. Hosen menekankan pentingnya pemahaman yang bijak dalam menghadapi perkembangan ini, terutama di kalangan mahasiswa.
“AI adalah bagian dari Super Smart Society 5.0, yang mendorong berbagai sektor menuju digitalisasi. Sebagai Muslim, kita harus memahami dan memilah mana yang bermanfaat dan mana yang merugikan dalam teknologi ini,” ujar Hosen.
Hosen juga menyoroti bagaimana AI sering kali digunakan sebagai alat propaganda dalam beberapa peristiwa, seperti dalam konflik Israel-Palestina. Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya kemampuan literasi digital untuk memverifikasi informasi yang diterima.
“AI adalah alat yang bisa menyediakan informasi, tetapi bukan sumber konfirmasi. Sayangnya, banyak orang yang tidak memverifikasi informasi dengan teliti,” kata Hosen.
Menurut Hosen, pelarangan penggunaan AI bukanlah solusi yang efektif. Ia justru menekankan pentingnya edukasi, pendampingan, dan pelatihan bagi masyarakat, khususnya mahasiswa, agar mereka dapat menggunakan teknologi ini dengan bijak. “Pemerintah dan institusi pendidikan harus fokus pada pemberian pengetahuan dan pelatihan yang memadai, serta memperbanyak informasi yang sahih dan edukatif di dunia maya,” tegasnya.
Hosen menutup dengan mengingatkan bahwa jika masyarakat, terutama generasi muda, terus dilatih untuk memilah informasi yang benar, mereka akan lebih terbiasa membuat keputusan yang tepat di tengah banjir informasi digital.