Jakarta (Infojabar.com) – Psikolog anak dan remaja, Gisella Tani Pratiwi, menyatakan bahwa pendidikan seksual yang disampaikan secara komprehensif berperan penting dalam melindungi anak-anak dari kekerasan seksual.
Menurut Gisella, pendidikan seksual yang baik dan terstruktur dapat membantu anak-anak mengidentifikasi dan melindungi diri mereka dari berbagai bentuk kekerasan seksual. “Pendidikan seksualitas yang komprehensif sangat diperlukan untuk memberi anak-anak pengetahuan tentang cara melindungi diri mereka dari potensi kekerasan seksual,” ungkap Gisella dalam keterangannya kepada Infojabar.com, Minggu (15/12).
Gisella menjelaskan, pendidikan seksual yang komprehensif mencakup beberapa aspek penting. Salah satunya adalah pengenalan perkembangan diri sesuai usia anak, yang meliputi perubahan fisik dan psikologis, terutama saat masa remaja. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan anak-anak mengenai anatomi tubuh, termasuk bagian tubuh yang bersifat pribadi dan bagaimana cara menjaga serta melindunginya.
Selain itu, pendidikan ini juga mencakup pengajaran tentang hak anak untuk melindungi diri mereka sendiri dari perlakuan yang tidak semestinya, seperti sentuhan atau tindakan yang menyakiti, serta kesetaraan gender yang harus diterapkan dalam hubungan antarmanusia.
Meski begitu, Gisella menegaskan bahwa meskipun pendidikan seksual komprehensif dapat memberikan perlindungan, anak-anak tetap tidak akan sepenuhnya aman dari kekerasan seksual jika lingkungan mereka tidak mendukung dan tidak memberikan perlindungan yang memadai. “Pendidikan seksual yang diberikan sejak dini akan berpengaruh pada perkembangan anak, namun jika tidak ada pendampingan yang tepat, anak bisa saja kesulitan dalam memahami perilaku seksual yang sehat,” tambah Gisella yang berpraktik di RSIA Aliyah Depok.
Gisella pun mengimbau kepada pemerintah untuk segera mengintegrasikan pendidikan seksual komprehensif ke dalam kurikulum pendidikan anak, disesuaikan dengan usia mereka. Ia juga mendorong kolaborasi dengan ahli kesetaraan gender dan psikolog untuk memastikan pendekatan yang tepat dan efektif.
Selain itu, ia menekankan pentingnya edukasi yang serupa untuk orang tua dan masyarakat luas, agar semua pihak memahami peran mereka dalam melindungi anak dari kekerasan seksual. “Setiap orang dewasa harus memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak,” tuturnya.
Penting juga, menurut Gisella, untuk memastikan akses keamanan yang mudah dijangkau oleh anak-anak, orang tua, serta masyarakat yang menghadapi masalah serupa. “Penyediaan akses yang aman bagi anak dan keluarga untuk melaporkan kejadian atau mendapatkan bantuan sangat penting dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Gisella juga menjelaskan bahwa kekerasan seksual adalah salah satu bentuk kekerasan berbasis gender yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan bisa dialami oleh siapa saja. Biasanya, pelaku kekerasan seksual memiliki hubungan kuasa dengan korban, baik dalam hal gender, status sosial, ekonomi, maupun kekuatan fisik.
Pelaku seringkali memanipulasi korban dengan mengeksploitasi titik-titik kelemahan mereka untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, kekerasan seksual yang melibatkan manipulasi dapat menyebabkan dampak psikologis yang sangat kompleks bagi korban.