Kota Bandung (Infojabar.com) – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung memberikan pendampingan terhadap seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi korban perundungan. Langkah ini diambil setelah video insiden tersebut viral di media sosial.
Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati, mengungkapkan bahwa pihaknya telah bertemu langsung dengan korban guna memberikan pendampingan sejak menerima informasi terkait kasus tersebut. “Kami baru menerima laporan semalam dan segera mengambil tindakan untuk mengumpulkan data. Sejak pagi, kami telah mengunjungi korban guna memastikan kondisinya, melakukan pemeriksaan medis awal, serta memberikan konseling,” ujar Uum di Bandung.
Ia menegaskan bahwa korban tetap bersekolah seperti biasa dan hak pendidikannya tetap terjamin. Pihak keluarga juga menyatakan kesiapan untuk menjalani pendampingan psikologis lebih lanjut guna mendukung pemulihan korban.
Menurut Uum, insiden perundungan tersebut diperkirakan terjadi antara Desember hingga Januari, kemungkinan saat libur sekolah. “Kami masih mendalami kronologi kejadian dengan pihak terkait,” tambahnya.
Korban telah menjalani pemeriksaan medis awal di puskesmas terdekat. Jika diperlukan, pihak DP3A akan merujuk korban ke Rumah Sakit Bandung Kiwari untuk pemeriksaan lanjutan.
Terkait aspek hukum, DP3A menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada kepolisian. “Kami menghormati proses hukum yang berjalan. Kepala UPT kami saat ini tengah berkoordinasi dengan Polsek setempat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ungkapnya.
Sebagai langkah preventif, DP3A akan terus mengintensifkan edukasi mengenai pencegahan perundungan, tidak hanya di tingkat SMP, tetapi juga ke jenjang Sekolah Dasar (SD). “Sebelumnya, sebanyak 112 SMP negeri dan swasta di Bandung telah berkomitmen untuk mendukung program Bandung Zero Bullying. Namun, ini adalah proses panjang yang perlu terus diingatkan. Tahun ini, kami juga akan menyasar tingkat SD,” jelas Uum.
Ia berharap edukasi anti-perundungan dapat diperluas hingga ke lingkungan keluarga, mengingat peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak. “Tidak bisa hanya sekolah yang bertanggung jawab. Keluarga juga harus aktif dalam memberikan pengasuhan serta pendidikan karakter sejak dini,” pungkasnya.