Lumajang, Infojabar.com – Gunung Semeru, yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, mengalami beberapa kali erupsi pada Selasa, 10 Desember 2024. Meskipun terjadi letusan, visual dari letusan tersebut tidak dapat teramati akibat tertutupnya area tersebut oleh kabut.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Ghufron Alwi, melaporkan bahwa erupsi pertama terjadi pada pukul 02.56 WIB, diikuti dengan lima erupsi lainnya pada jam-jam berikutnya. Erupsi terakhir pada hari itu tercatat terjadi pada pukul 16.42 WIB. Meskipun visual dari letusan tidak terlihat, setiap erupsi tetap terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi sekitar 100 detik.
Selain itu, erupsi pada pukul 14.44 WIB juga tercatat memiliki durasi 124 detik dengan amplitudo serupa, namun tidak ada visual letusan yang dapat diamati.
Pada umumnya, visual letusan gunung berapi sering terhalang oleh kondisi cuaca buruk seperti kabut tebal, yang menyulitkan pengamatan langsung. Meski demikian, erupsi yang tercatat tetap memberikan gambaran tentang aktivitas vulkanik yang terjadi.
Gunung Semeru saat ini berstatus Waspada, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan sejumlah rekomendasi keselamatan. Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, dalam radius 8 kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai yang mengalir di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda aliran lahar atau awan panas yang bisa menjalar hingga 13 kilometer dari puncak.
Berdasarkan pemantauan, potensi bahaya lainnya yang harus diwaspadai adalah awan panas, guguran lava, serta lahar hujan yang bisa mengalir melalui sungai-sungai kecil yang bermuara di Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
Pihak berwenang mengimbau agar warga sekitar terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Semeru dan selalu mengikuti arahan dari pihak berwenang untuk menghindari potensi bahaya yang lebih besar.