Jakarta (Infojabar.com) – Pemerintah Indonesia kini semakin terbuka terhadap investor asing dengan mengurangi sektor industri yang sebelumnya terlarang bagi mereka. Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Perkasa Roeslani, mengungkapkan bahwa daftar negatif investasi telah direvisi sejak akhir 2021 hingga 2022. Dari semula terdapat 100 sektor yang tidak diperbolehkan dimasuki oleh investor asing, kini hanya tersisa enam sektor yang masih dibatasi.
“Kami membuka lebih banyak peluang bagi investor asing. Daftar negatif investasi kami sudah dipangkas, dan kini hanya ada enam sektor yang tidak dapat diakses oleh pihak asing,” kata Rosan dalam keterangan di Jakarta, Senin (9/12/2024).
Selain itu, pemerintah juga berupaya menyederhanakan regulasi dan kebijakan untuk memudahkan para investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Langkah ini diambil guna mendukung target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Investasi memiliki peranan penting dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi ini, di samping konsumsi,” tambah Rosan.
Menurutnya, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada konsumsi domestik yang menyumbang sekitar 53-54 persen, investasi yang berkontribusi 24-25 persen, belanja pemerintah 8-9 persen, dan ekspor neto yang hanya sekitar 2 persen.
Berdasarkan data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas, pemerintah membutuhkan investasi sebesar Rp13.528 triliun (sekitar 853,77 miliar dolar AS dengan kurs Rp15.845 per dolar) pada periode 2025-2029 untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut. Investasi tersebut diharapkan dapat menyerap hingga 3,47 juta tenaga kerja.
Selain meningkatkan investasi, pemerintah juga fokus pada hilirisasi berbagai industri untuk menambah nilai tambah dan memperkuat perekonomian nasional, termasuk sektor pertambangan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan.
Rosan menjelaskan bahwa pemerintah sedang memetakan potensi hilirisasi dan merencanakan pengolahan 28 komoditas, seperti batu bara, nikel, emas, perak, kobalt, gas alam, logam tanah jarang, udang, rumput laut, kakao, dan nila.
Salah satu prioritas pemerintah adalah hilirisasi industri baterai dan kendaraan listrik, yang sangat bergantung pada komoditas nikel. Untuk itu, pihaknya mengajak anggota Kamar Dagang Eropa (EuroCham) di Indonesia untuk berkolaborasi dalam mengoptimalkan potensi hilirisasi komoditas-komoditas tersebut.
“Kami sangat terbuka untuk berdiskusi dengan EuroCham mengenai bagaimana kita dapat bergerak maju dan bekerja sama dalam hilirisasi komoditas ini,” ujar Rosan.