Beograd (Infojabar.com) – Ratusan ribu warga Serbia turun ke jalan di ibu kota Beograd untuk mengecam pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic yang dinilai korup. Demonstrasi besar-besaran ini dipicu oleh runtuhnya atap stasiun kereta Novi Sad yang menewaskan 15 orang, memicu kemarahan publik terhadap pemerintah.
Pemerintah Serbia memperkirakan jumlah peserta aksi mencapai 107.000 orang, namun pemantau independen menyebutkan jumlah demonstran berkisar antara 275.000 hingga 325.000 orang. Ini menjadi aksi protes terbesar dalam sejarah negara itu dan merupakan puncak dari empat bulan unjuk rasa yang didominasi mahasiswa, yang menjadi tantangan serius bagi pemerintahan Vucic selama 11 tahun terakhir.
Aksi Protes Dipicu Insiden Tragis
Menurut laporan BBC pada Minggu (16/3/2025), insiden runtuhnya atap Stasiun Novi Sad yang terjadi pada November lalu menjadi pemicu utama aksi protes ini. Demonstran menuding korupsi dan praktik manipulatif dalam proyek renovasi sebagai penyebab utama tragedi tersebut.
Lapangan Republik, yang menjadi salah satu dari empat titik kumpul utama di Beograd untuk aksi bertajuk “15th for 15”, dipenuhi massa pada Sabtu (15/3/2025). Lokasi lain yang menjadi titik pertemuan demonstran juga tampak sesak hingga aksi mencapai puncaknya di depan Majelis Nasional.
Berdasarkan data The Public Meeting Archive, jumlah peserta aksi diperkirakan mencapai 275.000-325.000 orang, dengan kemungkinan angka sebenarnya lebih tinggi. Media lokal melaporkan sebanyak 22 orang ditangkap dan 56 lainnya mengalami luka-luka selama aksi berlangsung.
Tuntutan Demonstran
Para mahasiswa yang memimpin aksi ini menuntut transparansi penuh terkait proyek renovasi stasiun yang baru diresmikan Presiden Vucic pada 2022. Mereka mendesak pemerintah untuk merilis semua dokumen yang berkaitan dengan proyek tersebut, karena dokumen yang telah diterbitkan dinilai tidak cukup memadai.
Selain itu, mereka juga meminta agar pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini diadili dan dihukum. Jaksa telah menetapkan 16 orang sebagai tersangka, termasuk mantan Menteri Konstruksi Goran Vesic. Namun, hingga saat ini, kasus tersebut belum disidangkan.
Para mahasiswa menegaskan akan terus melakukan aksi protes hingga seluruh tuntutan mereka dipenuhi.
“Kami melihat ada sedikit kemajuan, tetapi belum ada tuntutan kami yang dipenuhi sepenuhnya,” ujar seorang mahasiswa perwakilan Fakultas Filsafat Universitas Belgrade.
“Beberapa pejabat memang sudah mengundurkan diri, tetapi mereka tidak diberhentikan secara resmi. Sampai sekarang, kami hanya mendapatkan janji-janji kosong,” tambah mahasiswa lainnya.
Perdana Menteri Milos Vucevic sempat mengumumkan pengunduran dirinya pada akhir Januari 2025. Namun, hingga kini, keputusannya belum disahkan oleh Majelis Nasional, dan ia masih menjabat.
Presiden Vucic Klaim Ada Intervensi Asing
Dikutip dari The Guardian pada Minggu (16/3/2025), Presiden Vucic menanggapi aksi protes dengan menyebutnya sebagai “revolusi impor” yang didukung oleh intelijen Barat. Namun, ia tidak memberikan bukti konkret untuk mendukung klaim tersebut.
Meskipun demonstrasi berjalan damai, Uni Eropa dan PBB telah menyerukan kepada pemerintah Serbia untuk menghormati hak warga dalam menyampaikan aspirasi mereka.
Sementara itu, negara-negara Barat tampak berhati-hati dalam menyikapi aksi protes ini. Mereka berusaha menjaga hubungan baik dengan Vucic sembari berharap agar Serbia tetap menjauh dari pengaruh Rusia.
Vucic sendiri diketahui semakin mendekat ke pemerintahan Donald Trump. Ia bahkan telah menyetujui pembangunan hotel Trump di Beograd. Pada Kamis (13/3/2025), ia memberikan wawancara kepada Donald Trump Jr., di mana ia kembali mengklaim tanpa bukti bahwa gerakan protes ini didanai oleh pihak asing.
Aksi demonstrasi ini masih berlanjut dan diperkirakan akan semakin besar jika pemerintah tidak segera mengambil langkah konkret untuk menjawab tuntutan rakyat.