Gaza (Infojabar.com) – Warga Palestina di Jalur Gaza berharap agar gencatan senjata yang baru tercapai antara Israel dan Lebanon dapat menjadi titik awal untuk mengakhiri perang yang terus berlangsung di Gaza. Harapan tersebut muncul setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai diberlakukan pada Rabu (27/11).
“Saya sangat senang dengan gencatan senjata yang tercapai antara Lebanon dan Israel. Mereka berhak hidup damai, dan saya berharap ini menjadi langkah awal menuju solusi bagi kami di Gaza, yang dapat mengakhiri perang ini,” ungkap Hassan Owadia, seorang pengungsi Palestina asal Khan Younis, saat berbicara kepada Xinhua.
Hassan, seorang ayah dengan empat anak berusia 32 tahun, mengungkapkan penderitaan yang telah dialami rakyat Gaza selama lebih dari setahun, yang terus dihantui perang, kekerasan, dan kelaparan. “Selama ini, dunia hanya bisa menyaksikan tanpa memberikan bantuan apapun untuk menghentikan penderitaan kami,” keluhnya. Saat ini, Hassan tinggal di kondisi yang sangat memprihatinkan di Mawasi, Khan Younis, Gaza selatan, setelah mengungsi beberapa kali akibat serangan Israel.
“Karena perang, kami telah kehilangan hak-hak dasar kami. Kami tidak tahu kapan semuanya akan berakhir. Terkadang saya merasa kami tidak akan selamat, tetapi gencatan senjata di Lebanon memberi saya harapan bahwa mungkin perang di Gaza juga akan segera selesai,” lanjutnya.
Seruan untuk Persatuan di Gaza
Hani Hamad, seorang pengungsi Palestina dari kamp al-Nuseirat di Gaza Tengah, berpendapat bahwa keberhasilan gencatan senjata antara Lebanon dan Israel merupakan hasil dari upaya bersama. Namun, ia mengkritik kurangnya kesatuan di kalangan rakyat Palestina sendiri dalam menghadapi krisis yang berkepanjangan. Salma al-Rifae, seorang dosen universitas berusia 45 tahun, juga menyoroti pentingnya persatuan di antara warga Palestina untuk mengatasi perang yang terus berlangsung.
“Di Gaza, setiap orang tampaknya lebih fokus pada tujuan pribadi mereka, yang memungkinkan Israel terus melanjutkan agresinya terhadap kami,” ujar Salma. Ia menambahkan, “Meskipun Israel sedang berperang melawan kami, saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan nyawa dan melindungi rakyat Palestina, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan politik dan partisan.”
Pentingnya Kesatuan di Tengah Krisis
Salma, yang juga seorang ibu dengan tujuh anak, menyuarakan keprihatinan yang mendalam terhadap masa depan rakyat Palestina. “Sudah saatnya bagi kita semua untuk bersatu, menghadapi rencana Israel terhadap kami. Kami sudah lelah dengan perang dan ketidakpastian yang terus berlanjut,” ungkapnya.
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, yang dimulai pada Rabu dini hari waktu setempat, memberikan secercah harapan bagi warga Gaza. Namun, serangan Israel terhadap Hamas di Gaza masih berlanjut sebagai balasan atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan itu mengakibatkan lebih dari 1.200 warga Israel tewas dan sekitar 250 orang disandera.
Sejauh ini, jumlah korban jiwa di Gaza akibat serangan Israel terus meningkat. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa hingga Rabu, jumlah warga Palestina yang tewas telah mencapai 44.282 jiwa.